Senin, 25 Juni 2012

10 Tanda Zaman Pembunuh Karakter Bangsa

Apa kabar pendidikan karakter hari-hari ini?

Kabar hari ini adalah gambaran karut-marut tentang kecemasan wajah bangsa. Nilai-nilai karakter yang dahulu tertanam, kini tercabut dari akarnya. Pendidikan karakter tak ubahnya nyanyian emosionalitas temporer. Pendidikan karakter terbajak basa-basi pemangku kuasa.



Indonesia menjadi cemas. Indonesia kehilangan integritas, kehilangan daya saing, kehilangan daya tahan, kehilangan keinginan untuk menaati hukum dan peraturan, kerisis ke-indonesiaan, dan sebagian besar anak Indonesia yang lahir di pelosok, perdesaan, dan kota-kota kecil kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu.

Gejala  ini jauh-jauh hari telah diungkapkan Thomas Lickona (seorang profesor pendidikan dari Cortland University). Lickona merumuskan 10 tanda zaman yang menggila. Ancaman ini harus sadar diwaspadai karena dapat menjurumuskan bangsa menuju jurang kehancuran.

Kesepuluh ancaman itu seperti berikut.
  1. Peningkatan kekerasan atau banalitas di kalangan remaja atau masyarakat.
  2. Penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk atau tidak baku.
  3. Pengaruh geng (peer group) dalam tindakan kekerasan semakin tidak terkendali.
  4. Peningkatan perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba, alkohol, dan seks bebas.
  5. Semakin kaburnya pendoman moral baik dan buruk.
  6. Penurunan etos kerja.
  7. Semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru.
  8. Rendahnya rasa tanggung jawab individu dan kelompok.
  9. Membudayanya kebohongan atau ketidak jujuran.
  10. Adanya rasa saling curiga dan kebencian antarsesama.
 Berdasarkan gambaran tersebut, apa langkah apresiatif diri kita sebagai warga negara Indonesia yang baik?

Nah, salah satu niat mulia dapat diawali dengan kesadaran untuk membiasakan berbahasa indonesia yang baik dan benar, baik dalam ragam lisan maupun tulisan. Ambil salah satu contoh, bahasa lisan pergaulan dapat ditata demi kebaikan, kesopanan, dan etika sosial. Kita dapat membedakan pilihan kata selagi berdiskusi atau berpidato dengan membuat laporan ilmiah atau membuat proposal kegiatan. Upaya ini dapat menumpuk kecintaan dan kebanggaan berbahasa yang mencerminkan satu ciri untuk membangun karakter bangsa Indonesia.
(Dikutip dari Buku Bahasa Indonesia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar